(untuk “adikku” sang kepala satpam)
Tanpa mengetuk saran dari orang lain, kau ciptakan panggung dengan ilhammu sendiri. Bahkan kau tulis alur cerita sesuai hatimu. Kau ingin menguasai pentas itu. Ingin menjadi pemain tunggal, tanpa menghargai bakat lain di sekitarmu. Kau lupa bahwa paling tidak pertunjukan itu tetap butuh figuran.
Lihatlah. Di sudut ruangan itu lawan mainmu menjadi penonton. Diam. Terpasung. Kemudian mengulum senyum melihat lakonmu yang amburadul. Ternyata hanya bisa kau perankan bagian pembukanya. Tak lebih, tak bisa mencapai klimaks seperti yang kau harapkan.
Bukankah ini cerita yang kau tulis. Tak bijak merubah kisah di atas pentas. Kenapa menyesali karya sendiri. Lawan mainmu sudah tertidur pulas di kursi penonton. Tak mungkin lagi beradu bakat di panggung bersamamu. Pentas itu hanya milikmu.
“Maaf, aku hanya berperan sesuai skenariomu.”
(Bandarlampung, 18-9-2010)
0 komentar:
Posting Komentar