(untuk sesama ‘badut’ yang sempat kukenal)
seperti anak-anak yang bertemu di taman,
yang kita pikirkan hanya kesenangan hati
aku tahu kita hanya bermodal nekad
tidak seperti nelayan lain yang membangun perahu dengan serius
kita bahkan diam-diam membawa dayung dari `rumah masing-masing
kemudian iseng berlabuh dengan biduk kanebo yang rapuh
kau ternyata berat meninggalkan pantai
nelayan di sebrang mengatakan, kau masih sering menoleh ke belakang
kau dekap erat dayungmu dan menerawang jauh ke sebrang lautan
gurat wajahmu berharap, yang di sana marah dan memanggilmu untuk kembali pulang
sungguh!
aku sendiri tak punya waktu menyimak sikapmu
bukan terlalu serius membawa biduk sampai tujuan,
tapi terlena menyimak kidung camar yang mendayu
aku mencari tahu dengan nuraniku
adakah diantara liriknya terselip pesan yang kurindukan
dengarlah itu!
celoteh camar beradu dengan teriakan nelayan
“Jangan lama-lama berlayar. Kucing yang di rumah merindukan ikan!”
“Sekali berlayar jauh, kau pasti tak kan kelihatan!”
akhirnya biduk kita karam di tepi lautan
camar dan nelayan pun pergi dengan raut mata iba
tinggal kau dan aku yang berkemas untuk pulang
kembali ke rumah yang sempat disapu gelombang
(Bandarlampung, 23-9-2010)
<2X82=2
0 komentar:
Posting Komentar